Friday, April 27, 2007

riset

Setiap tahun, ratusan ribu calon sarjana di Indonesia membuat penelitian, s=
etidaknya sekali seumur hidup mereka, entah itu yang dinamai skripsi, tugas=
akhir, proyek akhir dan sebagainya. Teorinya, suatu bangsa yang memiliki b=
anyak sumberdaya manusia melek penelitian, akan jadi bangsa yang tangguh. M=
ereka adalah bangsa yang mencintai kebenaran dan juga mampu menghasilkan ka=
rya-karya ilmiah dan teknologi. Di abad 21 ini jelas, keunggulan suatu bang=
sa makin ditentukan oleh penguasaannya atas iptek, tidak lagi pada kekayaan=
alamnya, atau besar jumlah penduduknya.

Tanpa stimulasi ini, sulit dibayangkan bahwa para pemuda di Indonesia, teru=
tama yang mengenyam pendidikan tinggi, akan tertarik untuk mengalami suatu =
proses penelitian. Dunia kita saat ini digeber justru untuk lebih tertarik =
pada sesuatu yang tidak rasional, baik itu mistik ataupun kehidupan glamour=
ala artis. Hampir tidak ada bupati atau konglomerat yang berlomba memberi =
hadiah bagi pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja atau Pemilihan Peneliti Rema=
ja Indonesia. Namun hampir semua jor-joran mengguyur juara AFI yang notaben=
e pasti sudah ditawari menjadi bintang iklan dengan nilai ratusan juta Rupi=
ah.

Pertanyaannya adalah, perlukah semua mahasiswa itu nanti jadi peneliti? Jad=
i peneliti atau ilmuwan di Indonesia ini belum menjadi idola banyak orang. =
Lain dengan menjadi dokter spesialis, jadi selebriti atau =97sekarang ini=
=97 jadi anggota legislatif! Dan faktanya, jadi peneliti di Indonesia ini m=
asih harus =93Omar Bakri=94. Tunjangan peneliti yang tertinggi (untuk Ahli =
Peneliti Utama) baru Rp. 1.118.000. Bersama gaji pokok tertinggi (Rp. 1.500=
.000), seorang peneliti senior (yang sampai botak!) dengan pengalaman akade=
mis minimal 20 tahun, hanya akan membawa pulang kurang dari Rp. 3 juta. Jum=
lah ini bisa didapat Inul hanya dengan goyang pantat selama 10 menit!

Di instansi pemerintah, sudah rahasia umum bahwa badan-badan Litbang adalah=
=93Sulit Berkembang=94 atau orang-orangnya =93Dililit dan Dibuang=94. Angg=
aran riset kita tak sampai 0,2% PDB. Bandingkan dengan Malaysia, yang R&D t=
ersebut hampir 2% PDB, atau Jepang yang hampir 5% PDB. Sementara itu di sek=
tor swasta, penelitian juga tiarap. Mungkin hanya di sedikit industri farma=
si ada riset. Sementara itu sebagian besar industri kita hanya =93kacung=94=
dari suatu raksasa di Luar Negeri. Di negeri asal itulah ada R&D. Di sini,=
mau buat apa? Jangan-jangan malah khawatir nanti disintegrasi =85

Sebenarnyalah, senang meneliti tidak harus jadi peneliti. Sikap (attitude) =
dan kemahiran yang didapatkan dari pelatihan penelitian atau skripsi, mesti=
nya dibawa sampai mati, tidak dibatasi ruang dan waktu, apalagi bentuk-bent=
uk institusi.

Seharusnya, bagus-bagus saja, ketika seorang yang pernah dilatih penelitian=
, kemudian ketika menjadi pejabat politik, dia tidak hanya mengikuti gossip=
, wangsit ataupun instink belaka, namun mengkaji permasalahan secara ilmiah=
, sehingga keputusannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara rasiona=
l kepada publik.

Juga tentu bagus sekali, bila keahlian meneliti itu dipakai untuk mengemban=
gkan enterpreneurship. Sekarang ini konon lapangan kerja sedikit sehingga c=
ari kerja susah. Faktanya, banyak pemilik modal atau perusahaan kesulitan m=
endapatkan SDM yang tepat. Banyak sarjana, tapi pola pikirnya tidak berbeda=
dengan lulusan SD. Tidak rasional, tidak kreatif dan tidak-tidak yang lain=
. Ya terang saja perusahaan itu kesulitan, karena pada umumnya mereka yang =
pintar dan kreatif, lebih suka buka perusahaan sendiri, sudah jadi bos send=
iri, bisa ngatur penghasilannya sendiri, dan juga bisa menolong orang dapat=
kerjaan (dapat pahala). Nah untuk tahu bagaimana memilih bisnis yang tepat=
, dan setelah itu bagaimana agar bisnis itu berjalan lancar dan maju, ini s=
emua perlu dievaluasi dan dianalisis terus menerus dengan metode ilmiah =97=
sesuatu yang mudah-mudah didapatkan mahasiswa selama pelatihan atau tugas a=
khirnya.

Bahkan jika ada alumni pelatihan penelitian itu akhirnya lebih banyak berak=
tivitas di rumah (misal jadi ibu rumah tangga), mereka seharusnya bisa meng=
enali permasalahan di rumah, baik yang sifatnya fisik, finansial, maupun ps=
ikologis. Metode ilmiah banyak membantu menyelesaikan segalanya, walaupun t=
entu bukan segala-galanya.

No comments: